Chapter 7

Notes: fotonya suka error, klik linknya aja ya, happy reading:)

Ju Harin menarik rem tangan saat sudah memarkirkan mobilnya di area parkir gedung UKM Universitas RainbowBridgeWorld. Ia mematikan mesin mobil dan melepas sabuk pengaman yang melilit di tubuhnya.

Begitu pula Son Dongju yang duduk di kursi penumpang di sebelahnya. Mereka keluar dari mobil hampir secara bersamaan. Tak lupa Dongju mengambil sebuh kantong plastik berisi makan malam yang nantinya akan mereka santap bersama.

Langit sudah gelap. Kawasan gedung UKM ini sudah mulai sepi. Hanya ada beberapa orang saja yang masih betah berada di sini. Namun ada sesuatu yang membuat dahi Dongju berkerut. Ia merasa janggal karena ada sebuah mobil SUV adventure bertengger di salah satu sudut parkiran. Jeep Wrangler Rubicon berwarna hitam metalik itu terlihat tidak asing. Akan tetapi, Dongju tidak ambil pusing dengan siapa pemilik mobil itu masih terparkir di sana.

Menyadari Ju Harin yang sudah memencet kunci alarm mobilnya, Son Dongju melangkah cepat menghampiri temannya.

“Kok Seoho nggak nelpon kita ya? Apa tuh anak masih molor? Astaga…super sekali!” celetuk Dongju.

Harin tertawa. “Kebo juga itu orang. Kalo dia udah bangun ya pasti udah nelpon salah satu dari kita lah. Ngomel kenapa sekret dikunci.”

Mereka menggeleng bersama. Ketika mereka sudah dekat dari pintu gedung, langkah Harin melambat, begitu pula Dongju. Mereka mendapati sebuah tangga yang terhubung ke jendela gedung UKM lantai dua. Tepatnya lantai dimana ruang UKM Seni itu berada.

“Rin! Sepatu, Rin! Boot mahal nih!” seru Dongju.

Harin segera menoleh ke Dongju. Melihat sepasang sepatu boot hitam di tangannya. Harin sangat tahu bahwa sepatu jantan itu harganya tidak murah. Terlihat dari bentuk dan merk apa dan keluaran mana sepatu itu.

“Gue bawa aja kali ya? Jarang-jarang nemu sepatu mahal kayak gini nganggur di tanah. Limited edition nih!” seru Dongju.

Berbeda dengan Dongju yang kegirangan, dahi Harin mengerut. “Ada yang nggak beres nih.” gumamnya.

“Rin mau kemana?! Barengan woy!” seru Dongju ketika Harin melangkah cepat lebih dulu.

Tanpa menoleh, Harin berseru, “Buruan!!”

Dengan berat hati Dongju melepaskan sepatu mahal yang ia pungut dan menyusul Harin. Mereka dengan tergesa-gesa menaiki tangga gedung UKM dan berbelok ke kanan menuju ruang UKM Seni.

Setibanya di depan pintu, mereka menemukan carrier yang tergeletak di lantai.

“Itu carrier siapa?” gumam Dongju.

Harin menggeleng tidak tahu. Tanpa aba-aba, Dongju segera menghampiri dan membuka tas itu. Sekali lagi, mereka dikejutkan oleh alat-alat aneh yang biasanya digunakan oleh mahasiswa UKM Mapala Universitas RainbowBridgeWorld.

Tak salah lagi, ini adalah tas salah satu pemanjat tebing dari UKM paling cadas dan sangar itu. Dan sepatu yang Dongju temukan tadi pasti juga milik orang yang sama.

Mata Dongju membulat. Ada ketegangan yang tersirat di manik matanya.

“Rin, Seoho, Rin! Seoho di dalam!”

Dengan tergesa-gesa Harin mengambil kunci ruang UKM Seni di kantong bomber jacket-nya. Tangannya agak bergetar karena gugup dan terburu-buru.

Brak!!!

Pintu terbuka dengan kasar. Ju Harin dan Son Dongju terbelalak ketika menyaksikan apa yang sedang terjadi di dalam ruang Kesekretariatan UKM Seni.

“WANJAAAAY!!!”

-cccCCCccc-

Jarak di antara mereka pun terhapuskan. Kedua bibir saling bersentuhan dengan lembut. Gerakan pertama dilakukan Kim Youngjo dengan sangat hati-hati. Ia menggerakkan bibirnya. Mengecup Lee Seoho yang ada di dekapannya. Terasa manis dan nyaman. Jauh berbeda dengan ciuman pertama yang ia lakukan pada Seoho sebelumnya.

Tak dapat dipungkiri, Lee Seoho pun terhanyut oleh bibir yang tak pernah lepas dari filter tembakau itu. Terasa manis, bercampur dengan lipbalm stroberi yang selalu melembabkan bibir Lee Seoho. Seoho membalasnya. Angannya melayang tinggi bersamaan dengan suara-suara kecupan yang mereka berdua hasilkan. Ciuman yang membawanya melayang ke atas awan.

Tangan Youngjo mendekap Seoho lebih erat. Membungkus Seoho dengan lengannya hingga tubuh keduanya benar-benar menempel. Menyatu penuh kenyamanan. Tangan kanan Youngjo perlahan menuju ke tengkuk Seoho. Bermaksud memperdalam ciumannya. Berkat sentuhan tangannya yang agak kasar itu, ia dapat menjelajahi Seoho lebih intens dan lebih dalam. Manis dan menggairahkan.

Mata mereka terpejam. Keduanya dibuat tinggi. Lambat laun, Youngjo mulai merasakan gairah yang lebih kuat. Tak disangka permainan lidah yang Youngjo lakukan semakin panas dan liar. Sentuhan berubah menjadi belaian. Belaian berubah menjadi remasan. Dan terus berlanjut hingga salah satu tangannya berhasil menyusup ke dalam hoodie Lee Seoho.

Perlakuan yang terus Kim Youngjo berikan benar-benar membuat Seoho semakin menginginkannya. Apa yang dilakukan Youngjo membuatnya tak menyadari dimana posisi tangannya berada. Lengannya melingkar di leher cowok itu. Jemarinya terselip di rambut hitam kecoklatan cowok yang telah menginvasi bibirnya.

Kaki Seoho tak mampu menopang tubuhnya lagi. Seakan seluruh tenaganya terkuras dan tersedot oleh lelaki yang menciuminya dengan penuh gairah. Ia limbung dan hal itu membuat tangan Youngjo menahannya. Tangan Youngjo yang semula berada di dalam hoodie Seoho beralih ke bokong dan paha Lee Seoho. Refleks Seoho mengangkat kaki kirinya ke sisi tubuh Youngjo. Dan dalam satu lompatan, Youngjo menggendongnya. Seoho mengeratkan lingkarannya di leher Youngjo agar tak terjatuh. Youngjo menahan tubuh Seoho dengan kedua tangan kuatnya. Agak berat, tapi tidak masalah bagi Youngjo dibandingkan saat ia membawa carrier bermuatan di atas seratus liter yang harus ia bawa untuk mendaki.

“Stop…” bisik Seoho saat ia berhasil melepaskan bibirnya dari kecupan Youngjo.

Youngjo masih tenang dan menunggu. Ia menempelkan dahinya pada dahi Seoho. Matanya terpejam.

Youngjo menggeleng. “Maaf, Ho…aku nggak bisa.”

Kim Youngjo kembali menjelajahi bibir Seoho. Kali ini dengan hasrat dan gairah yang berbeda. Kim Youngjo kehilangan kontrol bersamaan dengan gairah yang membakar kesadarannya.

Deeper and harder.

Hasrat yang kian menggunung dan menumpuk di relung jiwanya membuat Youngjo benar-benar hilang kendali. Lelaki yang dikenal sebagai playboy kampus itu tak dapat mengendalikan tubuhnya. Tangan kirinya kembali menopang tengkuk Seoho agar ia lebih leluasa menjajahnya. Sedang tangan kanannya kembali menyusup ke dalam hoodie Seoho.

Tangan nakal Youngjo yang bermain di bawah hoodie Seoho semakin berbahaya karena ia mulai menyingkapnya. Hoodie terangkat dan menampilkan kulit perut Seoho yang putih mulus. Pemandangan yang sangat indah bagi Kim Youngjo. Sungguh, Lee Seoho bagaikan kebun pohon khuldi di mata Youngjo sekarang. Dimana Youngjo merasa sangat tergoda untuk memetik satu buah terlarang itu untuk dimakan.

Akan tetapi, ketika Youngjo akan menyingkapnya lebih jauh, tiba-tiba pintu ruang Kesekretariatan UKM Seni terbuka lebar dengan kasar. Youngjo sontak menarik tangannya dan menutupi Seoho yang terlihat berantakan di hadapannya. Mencegah dua orang yang menyaksikan kegiatan mereka agar tidak melihat lekuk indah Lee Seoho.

“WANJAAAAY!!!”

Teriakan keras dari Son Dongju membuat keduanya seketika menghentikan kegiatan panasnya. Mata Harin terbelalak lebar, menyiratkan amarah. Ia mengenali cowok yang tengah menghalangi Seoho dengan tubuhnya itu. Cowok bajingan yang ia cari-cari untuk menghadiahinya satu bogeman mentah.

“Kurang ajar!”

Tanpa ba-bi-bu dan melepas alas kaki, Harin melangkah cepat dan segera mencengkram kaos hitam polos yang Youngjo kenakan. Menariknya dengan satu hentakan. Youngjo diam saja. Tak ada tanda-tanda akan melawan amarah yang terbakar dari Ketua UKM Seni itu. Son Dongju segera menghampiri dan berdiri di sisi Harin. Tak kalah emosinya. Matanya menyiratkan amarah. Seolah mata Dongju siap untuk menguliti Kim Youngjo yang dengan kurang ajarnya melakukan hal tak senonoh di ruang sekret mereka.

Ju Harin meninju wajah Youngjo. Lee Seoho bangun dari posisinya, segera menghampiri Harin yang menghajar Youngjo. Ia mendorong tubuh Youngjo agar menjauh dari Harin dan Dongju. Cengkraman Harin pada kaos Youngjo pun terlepas. Lee Seoho terus mundur, membuat punggungnya menempel pada dada Kim Youngjo.

Youngjo merasa seberkas darah dari sudut bagian bibirnya. Ia juga tidak mengelak atas tindakannya yang memang sudah kelewatan. Youngjo sadar, jika saja Harin dan Dongju tidak datang dan menghentikan perbuatannya, mungkin Youngjo telah menyatukan tubuhnya dengan Seoho yang membuatnya lepas kendali.

“Lo berdua kenapa sih? Ini salah paham!” bela Seoho dengan suara lirih.

Seoho berbalik dan menangkup wajah Youngjo. Ia mulai panik saat melihat darah yang keluar dari sudut bibirnya.

Jujur saja, Lee Seoho sedang takut sekarang. Melihat dua temannya yang amarahnya mendidih seperti ini bukan hal yang wajar baginya. Mengingat Ju Harin dan Son Dongju adalah cowok-cowok yang hangat dan ramah. Ditambah dengan Kim Youngjo yang menatapnya sayu dengan lecet di wajah tampannya.

“Nggak apa-apa, Ho,” bisik Youngjo.

Youngjo meletakkan tangan kanannya pada bahu Seoho yang mencoba melindunginya. Sungguh, egonya sebagai lelaki sejati akan tercoreng jika ia diam saja dan bersembunyi di balik punggung Lee Seoho.

“Ini semua salah paham,” kata Youngjo mencoba menjelaskan.

Dongju yang sudah mendidih sejak tadi segera meledak. “Anjing lo! Lo yang dulu ngelecehin Seoho dan sekarang lo nyentuh dia lagi?!” hardiknya.

Harin menggertakkan giginya. Sekali lagi, tanpa menghiraukan Seoho, ia menarik kaos cowok bajingan di hadapannya. Bersiap untuk memberikan bogeman yang lain. Amarahnya terlanjur meledak.

“Rin…”

Mendengar suara Seoho yang memanggilnya dengan lirih, ia menghempaskan tubuh Youngjo hingga jatuh ke lantai.

“Jadi lo belain dia, Ho?! Lo belain orang yang udah ngerusak lo?!”

“Bukan, bukan gitu maksud gue, Rin.” bela Seoho.

“Dia ngelecehin lo lagi kan?! Iya kan?!” tuduh Dongju. Ia tak mau diam saja.

Dengan tangan terkepal keras, ia menghampiri Youngjo yang masih tersungkur di lantai. Dongju menendang kaki Youngjo dengan keras. Youngjo merintih dan tak melawan.

“Dongju! Udah gue bilang jangan ya jangan!” seru Seoho masih dengan pembelaannya. Ia segera menghampiri Youngjo, membantu cowok itu untuk berdiri.

Ketika Youngjo berdiri tegap, ia dengan sigap menarik tangan Lee Seoho. Untung saja ransel itu tak jauh dari tempat mereka berseteru hingga ia dapat meraihnya. Kim Youngjo menarik Seoho dan membawanya pergi dari ruang Kesekretariatan UKM Seni yang sedang gempar.

“Kita mau kemana?!” tak hentinya Seoho berteriak menanyakan kemana Youngjo akan membawanya pergi.

“Makan.”

Singkat, padat, dan jelas. Setelah kegiatan make out dan perkelahian singkat tadi, organ pencernaan Youngjo terus berteriak meminta diisi penuh. Tak dapat dipungkiri, Lee Seoho juga merasakan hal yang sama.

-cccCCCccc-

Lee Seoho merasa dirinya adalah manusia terbodoh di dunia. Karena sekarang ia tengah duduk berhadapan dengan cowok yang satu jam lalu mencumbunya. Atmosfer canggung menyelimuti mereka. Sedangkan Youngjo sibuk dengan ponselnya. Tak ada satu pun yang berbicara.

Seoho terus menggigit bibirnya. Menundukkan kepalanya hingga ia tak sanggup menatap cowok yang duduk di depannya. Ia terus merutuki dirinya sendiri. Merutuki penyebab utama lemahnya ia terhadap rangkaian kata manis yang dituturkan Kim Youngjo. Dan jangan lupakan ciumannya. Ah, Seoho merasa sangat berdosa pada dirinya sendiri.

Merasa terganggu dengan suasana canggung itu, Youngjo berdeham. Ia mengambil satu tangan Seoho, lalu menggenggamnya layaknya ia memperlakukan kekasihya.

“Ho, kamu mau makan apa?” tanya Youngjo.

Suara lembut Youngjo membuat gendang telinganya terasa meleleh. Ia mendongak, menatap mata Youngjo yang penuh dengan kharisma.

“Terserah,”

“Kok terserah?” Youngjo mengelus punggung tangan Seoho dengan jempolnya. Seakan ia takut akan melukainya lagi.

“Gue ikut lo aja.” sahut Seoho, pipinya merona.

“Ya udah kalo gitu.”

Youngjo tersenyum simpul. Senyum yang membuat jantung Seoho memompa lebih cepat.

Kim Youngjo memanggil pelayan dan menyebutkan pesanannya. Seoho perlahan melepas tautan tangan Youngjo. Ada segelintir rasa yang asing ketika Youngjo melakukan hal itu. Namun dengan cepat Seoho menampiknya.

Tidak, ia tidak mau lagi berurusan dengan cowok ini. Ini akan menjadi yang terakhir kalinya. Lee Seoho memang tidak membenci Kim Youngjo seperti sebelumnya. Hanya saja, ia tidak nyaman dengan situasi asing seperti ini.

Tak perlu menunggu lama pelayan datang membawa pesanan mereka. Youngjo kembali menyadarkan Seoho dari lamunannya dengan menyentuh tangannya yang tergeletak di atas meja.

“Ho…”

Mendengar Youngjo menyebut namanya dengan lembut, Seoho mengangkat wajahnya dari piring kosong di hadapannya. Di depannya, Youngjo memamerkan senyum penuh pesonanya dan membuat Seoho semakin salah tingkah.

Youngjo menggelengkan kepalanya. “Nggak…nggak apa-apa.”

Seoho baru sadar, masih ada seberkas luka di sudut bibir Kim Youngjo. Masih segar dan terlihat sangat perih. Tak terelakkan pula warna merah kebiruan menghiasi kulit cowok itu.

“Masih sakit?” tanya Seoho.

“Mm?” gumam Youngjo tak mengerti.

Ia terlarut dalam menikmati rona merah di pipi Seoho. Tak disangka Seoho mengulurkan tangannya dan menyentuh sisi wajah Youngjo yang memar.

“Ini…”

“Aw…” ringis Youngjo.

Cowok itu pura-pura kesakitan. Walaupun sebenarnya memang terasa sedikit perih, namun tak ada salahnya untuk memanfaatkan keadaan itu.

Dengan cepat Seoho segera menarik tangannya. “Sorry.” namun gerakannya terhenti saat Youngjo menahan tangannya yang masih terulur.

Cowok itu justru membuat Seoho menangkup wajahnya. Ia mencium telapak tangan Seoho sejenak dengan mata terpejam sebelum meletakkan kembali tangan lembut itu ke wajahnya.

Mata Seoho membulat. Wajahnya semakin panas. Ia segera menarik tangannya hingga membuat mata Youngjo terbuka. Cowok itu tertawa kecil dan membuat Seoho semakin salah tingkah.

Rasanya Seoho ingin mengubur dirinya sendiri karena masih malu. Malu akan perlakuan Youngjo tadi yang membuatnya teringat sesi panas mereka. Tak dapat dipungkiri, Seoho benar-benar menikmatinya. Menikmati segala perlakuan manis Youngjo padanya. Benar, apa yang ada di otaknya selama ini, Kim Youngjo dengan segala buaiannya memang benar-benar mampu memanjakannya. Coret semua memori buruk yang pernah cowok itu lakukan ketika pertama kali mereka bertemu. Kim Youngjo kini…sungguh berbeda.

“Kamu ingat nggak sehabis aku nyamperin kamu hari itu? Aku benar-benar tulus minta maaf sama kamu.” kata Youngjo tiba-tiba, membuat Seoho menatapnya.

Seoho diam saja. Youngjo mengembuskan napas ke udara. Seoho mendengarkan seksama suara napas cowok itu.

“Masih ingat chat aku ke kamu?” tanya Youngjo lagi.

Seoho termenung sesaat. Mengingat-ingat pesan yang pernah ia terima dari cowok pembuat masalah di hidupnya.

“Iya.” balas Seoho.

Youngjo mengeluarkan ponsel dari sakunya, membuka salah satu aplikasi. “Ini…” katanya sambil menunjukkan obrolan beberapa hari lalu. Pesan yang Youngjo kirimkan saat ia menemui Seoho di Fakultas Ekonomi.

![image](https://i.imgur.com/obISJaM.png)

![image](https://i.imgur.com/rjh1Itc.png)

Setelah membaca kembali pesan-pesan itu, Seoho tersenyum sendiri. “Nyamuk…” gumamnya

Mendengar tawa Seoho, Youngjo sumringah. Rasanya segala beban yang memberatkan bahunya terangkat. Suasana hangat merasuk ke relung hatinya.

“Iya, kamu bikin aku kayak nyamuk.”

“Soalnya lo emang nyebelin, kaya nyamuk.” sahut Seoho seraya menyuap makanannya. Teringat senyum simpul sumringah ketika ia mengunyah.

Youngjo belum menyentuh makanannya. Masih betah untuk memperhatikan cara Seoho melahap makanannya. Terlihat sangat lucu dan menggemaskan.

Kim Youngjo tersenyum, kemudian mengambil ponselnya lagi. Mengarahkan ponselnya pada Lee Seoho yang sedang memainkan ponselnya setelah menyuap beberapa sendok makanan ke mulutnya.

![image](https://i.imgur.com/7QugfEp.jpg)